Lompat ke konten Lompat ke sidebar Lompat ke footer

Pain: Filosofi dan Motivasi di Balik Tindakan Mengerikan Akatsuki

Pain: Filosofi dan Motivasi di Balik Tindakan Mengerikan Akatsuki

Pain, pemimpin Akatsuki, memiliki tujuan yang mengerikan: mengumpulkan semua Bijuu untuk menyerang desa-desa shinobi. Namun, apa yang sebenarnya mendorongnya? Apa filosofi dan motivasinya?

Pain, yang percaya dirinya sebagai dewa dan reinkarnasi Haguromo, meyakini bahwa semua tindakannya adalah benar. Baginya, kehancuran dan pembantaian yang dilakukannya adalah demi kepentingan dunia shinobi.

Namun, mengapa Pain memiliki pandangan seperti itu? Apa yang membuatnya mempercayai dan melakukan semua itu? Ternyata, Pain sebenarnya adalah nama samaran yang dipilih oleh Nagato sebagai simbol pengalaman, filosofi, dan tujuannya.

Pain meyakini bahwa untuk mencapai perdamaian, semua orang di dunia shinobi harus mengerti arti dari rasa sakit. Akar filosofinya sudah terlihat sejak ia kecil.

Nagato, yang lahir di desa Amegakure saat perang dunia shinobi kedua, mengalami penderitaan sejak kecil. Matanya ditanamkan Rinnegan oleh Madara Uchiha tanpa seizinnya, dan kedua orang tuanya tewas dalam perang.

Ketika Nagato dan orang tuanya berlindung di rumah mereka, dua Shinobi Konoha masuk mencari makanan. Nagato dan orang tuanya berusaha melarikan diri, tetapi mereka tertangkap. Orang tuanya terpaksa melawan Shinobi tersebut agar Nagato bisa melarikan diri.

Namun, Shinobi Konoha tersebut tanpa sadar membunuh kedua orang tua Nagato. Mereka tidak menyadari bahwa orang tua Nagato hanyalah warga sipil, dan mereka berusaha meminta maaf. Namun, Nagato merasa terserang dan belum bisa menerima duka yang ia rasakan. Akhirnya, ia menggunakan Rinnegan untuk menyelamatkan diri dan membalas dendam dengan membunuh kedua Shinobi tersebut.

Pada usia yang masih muda, Nagato mulai merasakan betapa sakitnya dampak perang terhadap pikiran dan jiwa seseorang. Ia bingung mengapa orang tuanya yang tidak terlibat dalam perang harus mati dalam pertarungan para Shinobi yang tamak. Mengapa ia harus menderita dalam siklus kebencian para Shinobi?

Itulah saat Nagato mulai membayangkan dunia di mana semua itu tidak perlu terjadi, di mana hanya ada kedamaian. Setelah menguburkan kedua orang tuanya, Nagato, yang kini yatim piatu, meninggalkan rumahnya untuk mencari perlindungan dan makanan dalam keadaan yang sulit akibat perang.

Namun, tidak ada yang bersedia membantu Nagato sampai ia pingsan karena lapar dan kelelahan. Itulah saat Yahiko dan Konan menemukannya. Mereka juga yatim piatu dan bersama-sama berjuang untuk bertahan hidup serta berbagi impian yang sama: menciptakan masa depan di mana kekuatan mereka dapat menghapus perang dan membawa kedamaian.

Dengan latar belakang penderitaan dan impian yang terus menguat, Nagato, yang kemudian dikenal sebagai Pain, menjadi pemimpin Akatsuki dengan tujuan mengubah dunia shinobi. Meskipun metode dan tindakannya kontroversial, Pain memiliki keyakinan yang kuat bahwa hanya melalui rasa sakit, manusia dapat mengerti arti sejati dari perdamaian.

Dalam perjalanannya, Pain menghadapi banyak konflik dan tantangan yang menguji keyakinannya. Namun, filosofi dan motivasinya tetap menjadi pendorong utama di balik tindakannya yang mengerikan.

Dengan memahami latar belakang dan pemikiran Pain, kita dapat melihat sisi kompleks dari karakter ini dan menggali lebih dalam tentang alasan di balik tindakan-tindakannya yang terkadang sulit dipahami.